Minggu, 16 Januari 2011

HARUS PATAH HATI

Pernahkah kita mencintai seseorang dengan segenap hati dan segenap jiwa dan segenap akal budi kita? Kalau ya, pasti kita pernah mengalami patah hati! Chow Yun Fat, dalam sebuah filmnya, pernah mengatakan bahwa kalau mau mencintai seseorang, berikan 25% saja supaya kita tidak terlalu sakit hati kalau – kalau pasangan kita tidak membalas cinta kita. Kalau dia mengkhianati kita, sakit hati kita hanya 25%, yaitu sebesar cinta kita.

Kenyataannya, tidak ada perubahan apa – apa yang terjadi kalau kita mencintai sesuatu tidak dengan sepenuh hati. Ketika kita mencintai perusahaan dengan sepenuh hati, maka kita akan melakukan segala sesuatu untuk perusahaan. Saya masih ingat bahwa saya harus mewanti – wanti diri saya agar tidak membuat aktivitas atau program macam – macam menjelang Halal Bihalal, karena biasanya Serikat Pekerja dengan keterbatasan pemahaman mereka, akan memberikan komentar yang tidak sesuai dengan harapan kita. Namun pada Halal Bihalal kemarin, saya masih mendapatkan komentar yang tidak ‘berkenan’ karena saya lupa menahan diri dan melakukan sesuatu hal yang baik untuk perusahaan, namun kurang dipahami oleh mereka. Cinta sepenuh hati, jiwa dan akal budi meniadakan ketakutan untuk berbuat apa yang benar bagi apa dan siapa yang kita cintai.

Saat perusahaan yang kita cintai ternyata tidak membalas cinta kita, definitely kita akan merasa hancur. Itu adalah sebuah konsekuensi logis. Rasanya sangat mengecewakan ketika kita merasa sudah melakukan yang terbaik untuk perusahaan, namun disalahmengerti bahwa itu adalah hal yang tidak benar untuk mereka (tidak dihargai still OK, tapi disalahpahami... oh berat sekali!). Rasanya sangat menyesal kita sudah melakukan apa yang baik tersebut... tetapi mari kita ingat: kita tidak akan melakukan prestasi hebat tanpa cinta (yah, kita bisa melakukan prestasi hebat karena iri hati, tapi itu bukanlah hal yang baik, mengingat emosi yang negatif sangat buruk untuk kesehatan).

Walaupun perusahaan tidak menghargai prestasi kita, walaupun mereka menyalahpahami usaha kita, walaupun mereka mencaci – maki perbuatan kita, miliki keyakinan bahwa yang terbaik yang sudah kita lakukan akan memberikan hasil yang baik. Di kemudian hari mereka akan memahami. Tugas kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi lakukanlah apa yang baik untuk semua orang. Cinta kita adalah segenap hati, artinya kita memang harus patah hati ketika semua hal mengecewakan; namun bukan tugas kita untuk menghancurkan. Cinta adalah untuk membangun.

WAKTU LUANG BAPAK MANAGER

Apakah ada waktu luang dalam pekerjaan? Kalau pun ada, apa yang harus kita lakukan? Rasanya aneh membayangkan bahwa di tengah segala kesibukan, kita memiliki waktu luang. Apalagi tipikal kita adalah seseorang yang sangat suka dengan kesibukan dan terpacu oleh deadline – deadline yang memacu hormon adrenalin kita. Kalau kita penggila kesibukan, maka kita seperti orang yang bingung kalau menemukan waktu luang.

Stephen Covey justru menyarankan seorang yang efektif akan menemukan dirinya melakukan pekerjaan penting, tetapi tidak mendesak karena sesuatu yang mendesak cenderung menguasai kita dan tidak sehat secara jasmani dan rohani. Seorang manager yang efektif akan menemukan dirinya secara wajar memiliki waktu luang untuk mengerjakan hal – hal yang penting tetapi tidak mendesak, seperti: melakukan perencanaan kerja, mengonsep suatu proyek penting, memantau pelaksanaan suatu pekerjaan dan aktivitas lainnya yang penting, tetapi tidak mendesak (bisa saja tidak dilakukan).

Di tempat kerja, ada beberapa pilihan aktivitas yang bisa dilakukan. Di saat tidak ada hal yang mendesak, apakah kita akan bergerak dalam perencanaan ataukah kita akan mengobrol dengan rekan kerja. Saat luang adalah kesempatan yang sangat baik untuk memikirkan rencana penting (baca: strategis) perusahaan atau departemen kita sehingga kita tidak terjebak dalam rutinitas tanpa tahu gambar besarnya. Kadang tiran hal – hal yang mendesak menimbulkan kecanduan yang kuat bagi para manager sehingga mereka cenderung tidak bergerak ketika tidak ada bunyi bahaya yang berbunyi.

Seperti dalam peperangan, tidak ada bunyi apa – apa justru merupakan situasi yang membahayakan. Di waktu luang Manajer perlu meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemeriksaan dengan cermat dan melaksanakan perencanaan yang matang untuk kemajuan.

STRUKTUR: FORMALITAS ATAU KENYATAAN?

Di era ini, orang mulai menyadari bahwa struktur adalah bagian dari strategi manajemen untuk mencapai visi dan misi. kenyataannya, masih ada perbedaan antara kondisi ideal yang seharusnya dengan kenyataan yang ada. Inilah yang disebut dengan masalah. Struktur sering kali menjadi suatu gambaran indah di dalam ruangan kantor, namun pelaksanaannya: pemimpin lebih suka berhubungan dengan orang yang dia sukai, bukan dengan orang yang seharusnya yang mengurusi pekerjaan tersebut.

Ada beberapa pendekatan atas situasi tersebut: apakah kita mengganti orang yang menduduki posisi dengan orang yang kita sukai atau kita meng-up grade orang yang menduduki posisi menjadi orang yang kita sukai? Pada dasarnya kita harus mengacu kepada struktur organisasi, bukan kepada hubungan personal atau kesukaan kita. Memang sebagai manusia yang subjektif, kita akan memiliki kesukaan terhadap hal – hal tertentu, demikian juga ketidaksukaan akan hal – hal tertentu. Memandang organisasi sebagai hal yang personal akan mengantarkan kita kepada masalah yang lebih besar dan membuat organisasi kita tidak dipandang sebagai a great place to work (dalam konteks employee engagement).

Struktur formal adalah strategi perusahaan untuk mengelola seluruh aktivitasnya ditujukan untuk mencapai tujuannya. Yang membuat struktur dan mengisi personelnya adalah manajemen sendiri. Kalau manajemen sendiri tidak menghargai apa yang menjadi pilihannya, bagaimana pihak lain (karyawan, supplier, masyarakat lokal, pemerintah, dan sebagainya) bisa menghargai struktur tersebut? Kalau semua pihak sudah tidak menghargai struktur, maka kekacauan hubungan kerja akan timbul karena semua orang akan berhubungan dengan orang yang disukainya saja.

Kalau memang personel yang ditaruh dalam struktur tersebut tidak mampu dan mungkin tidak menyenangkan, maka kita bisa melakukan pembinaan, sampai akhirnya paling ekstrim adalah memutuskan hubungan kerja. Akan tetapi, jangan mengkhianati struktur organisasi hanya karena kita tidak suka dengan personel yang menduduki posisi itu!



KEPEMIMPINAN MEMANG UTAMA

Ketika saya diminta untuk membantu sebuah organisasi untuk merumuskan visi dan misinya, saya menolak karena saya tahu permasalahan utama organisasi itu adalah bukan pada perumusan visi dan misinya, melainkan kepemimpinannya. Sebagus apapun visi dan misi dirumuskan, kalau pemimpin di sana tidak mengambil tanggung jawab kepemimpinan, maka semuanya akan sia – sia.

Saya melihat dan merasakan bahwa kepemimpinan yang lemah akan menyebabkan konflik di dalam organisasi semakin meningkat karena masing – masing orang akan berusaha memperebutkan sumber daya penting untuk kepentingan masing – masing. Kepemimpinan yang kuat akan mengakhiri pertentangan energi negatif dan mengarahkan energi kepada isu dan masalah utama dalam organisasi.

Sama seperti dalam sebuah keluarga bahwa musuh mereka bukanlah anggota keluarganya, melainkan kuasa gelap yang bekerja untuk meruntuhkan keutuhan rumah tangga mereka; maka musuh sebenarnya perusahaan adalah para kompetitor mereka, bukan anggota organisasi mereka sendiri. Organisasi yang memiliki kepemimpinan yang lemah, pada dasarnya merugikan diri mereka sendiri dan membuang banyak waktu dan sumber daya dengan percuma, sementara kompetitor mereka melaju dengan kencang.

Aturan utama dalam organisasi adalah tempatkan orang sesuai dengan kapasitas dan kekuatannya, terutama dalam hal kepemimpinan. Orang yang tidak memiliki talenta kepemimpinan akan membuat diri dan sesamanya frustrasi ketika organisasi dan dirinya tidak memiliki kesadaran diri yang berani menyatakan bahwa kepemimpinan yang benar belum terjadi di tempat ini. Bagaimanapun juga, kepemimpinan adalah yang utama, terutama ketika organisasi sedang berbenah dan menginginkan pertumbuhan.

MELIHAT DARI KACAMATA DEFISIT ATAU KEBAIKAN

Sejak kecil kita sudah dicekoki dengan pemberitahuan tentang segala keburukan kita, bahkan dari orang tua kita (orang tua juga mengalami hal yang sama dari orang tua mereka sehingga ini menjadi suatu lingkaran setan). Kalau pun kita tidak mendapatkan dari orang tua atau keluarga kita, maka lingkungan sosial kita yang lain seperti tetangga, teman sekolah, teman kerja memberikan pengaruh yang negatif karena pada dasarnya 80% orang akan bersikap negatif.

Kalau diminta untuk menunjukkan hal – hal yang positif, rata – rata orang mengalami kesulitan. Kalau hal yang negatif, dengan waktu relatif singkat mereka mampu menyebutkan semua hal yang menjadi keluhan dan pandangan negatifnya. Pada dasarnya pandangan defisit membuat orang semakin pesimis, kuatir, takut, tidak kreatif dan mematikan kegairahan hidup.

Sudah saatnya kita memandang segala sesuatu dari sudut pandang kebaikan. Apa yang baik dan sudah terjadi saat ini? Apa yang baik dan bermanfaat, patut untuk kita berikan apresiasi? Kalau kita memiliki impian, apa yang kita harapkan supaya komunitas atau situasi kehidupan kita semakin lebih baik dan sesuai dengan prinsip hidup kita? Apa yang akan kita lakukan untuk mewujudkan impian kita? Komitmen apa yang akan kita buat supaya impian kita bertahan sampai waktu yang lama?

Mengajukan pertanyaan – pertanyaan di atas tidak akan menyinggung perasaan siapa – siapa dan orang terdorong untuk memberikan jawaban positif, merancang dan membayangkan yang positif terjadi dan mengupayakan energi pemikiran dan tindakan untuk mewujudkan hal – hal yang positif tersebut.


DIPOTONG KETIKA BERBUAH

Kita masih bisa menerima pembinaan saat kita mengalami kegagalan. Namun ketika kita sedang berhasil, teguran dan masukan yang masih kita terima seakan – akan seperti hujan yang tidak kita inginkan di musim kemarau. Perasaan yang sama dialami oleh Jeffrey Katzenberg, saat dipecat dari Disney, padahal Lion King adalah film nomer satu di AS, Beauty and The Beast sukses besar di Broadway dan Home Improvement adalah acara nomer satu di TV. Baginya, dipecat ketika gagal itu menyakitkan; dipecat ketika berhasil, itu benar – benar memalukan.

Saat kita merasa berhasil, namun lingkungan tidak memberikan apresiasi yang sepatutnya (mungkin mereka iri dengan keberhasilan mereka atau mereka sesungguhnya sedang menyempurnakan kita); maka inilah yang harus kita pikirkan: bahwa ranting anggur yang sudah berbuah, pasti akan dibersihkan supaya dia bisa berbuah lebih banyak lagi.

Memang kita membutuhkan penghargaan, bukan hanya kesan. Penghargaan seakan – akan air yang kita butuhkan di padang gurun. Kenyataannya, kita tidak bertemu dengan air itu dan kita menanti – nantikan dari orang lain yang akan memberikannya kepada kita.

Situasi ini bukanlah suatu kesalahan (jangan berpikir Tuhan berbuat curang karena Dia sedang mendidik kita); melainkan suatu kesempatan untuk tidak sombong dan mendapatkan banyak masukan untuk mencapai kesempurnaan. Pujian yang sejati adalah dari Tuhan dan hati nurani kita mengetahuinya. Pujian manusia tidak mengurangi ataupun menambahinya. Buah yang dihasilkan dari semua kerja keras ini adalah bersifat tetap dan tidak akan digoyang.

Menunggu waktu yang tepat bukanlah suatu kesalahan, untuk sebuah hasil yang sempurna.


MEMAAFKAN

Manager atau Atasan adalah manusia, maka mereka berpeluang untuk melakukan kesalahan. Bukan kesalahannya yang menjadi masalah, melainkan bagaimana sikap pemimpin terhadap kesalahannya sendiri, apakah yang bersangkutan mau mengambil tanggung jawab atau meminta orang lain untuk mengambil tanggung jawab perbaikan.

Tidak ada perbaikan dan peningkatan kepemimpinan selama pemimpin tidak bersedia untuk meminta maaf atas kesalahannya. Menyangkut hubungan antar manusia, tidak ada kebenaran 100% atau kesalahan 100%. Yang ada adalah kesempatan untuk bermaaf – maafan sesuai dengan kadar kesalahan masing – masing. Pada saat itulah, hubungan akan meningkat dan membawa berkah bagi siapa yang mempercayainya.

Tidak ada hubungan yang bertahan tanpa ada maaf. Maaf yang membuat hubungan bisa selamanya.